Senin, 15 Juli 2019

Tugas 7 rekayasa lalulintas

Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu lintas maka diperlukan untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai prasarana, lalu lintas yang bergerak diatasnya serta perilaku pengguna. Informasi tersebut dianalisis untuk memperoleh unjuk kerja lalu lintas, bila unjuk kerja berada dibawah standar pelayanan minimal, selanjutnya diusulkan perubahan geometrik atau pengaturan penggunaan ruang jalan.
Pada bab ini akan diuraikan jenis-jenis survai yang diperlukan, informasi yang dikumpulkan dalam survai, merumuskan formulir survai, tata cara melakukan survai, serta pengolahan dan penyajian hasil survai yang dilakukan dalam rangka memperbaiki unjuk kerja lalu lintas.

Tugas 13 rekayasa lalulintas

Tugas 13 penampilan data survey lalu lintas

5. 1 Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan dari studi kasus Jalan Ngasem Yogyakarta
diperlukan untuk melakukan analisis yang berupa data kondisi lingkungan,
kondisi geometri jalan dan arus lalu lintas pada jalan tersebut. Pengamatan
dilakukan selama 3 hari, yaitu pada hari Sabtu tanggal 12 Maret 2016 sampai hari
Senin tanggal 14 Maret 2016. Waktu pengamatan dilakukan pada siang hari
pukul 13.00-17.00 WIB. Dari hasil survai pendahulu yang telah dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan di lapangan diperoleh data
sebagai berikut:
1. Tipe jalan : jalan 2 lajur 2 arah tak terbagi.
2. Lebar jalur : 6 m.
3. Marka jalan : tidak ada.
4. Trotoar : 1,5 m
5.1.1 Data geometrik jalan
Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan secara langsung ke
lapangan dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan, diperoleh data
geometrik Jalan Ngasem Yogyakarta sebagai berikut.

1. Kondisi jalur lalu lintas
Lebar jalur lalu lintas Jalan Ngasem Yogyakarta sebagai berikut.
a. Lebar jalur 6 meter dan jalannya merupakan tipe jalan dua arah.
b. Tipe perkerasan yang dipakai pada Jalan Ngasem, menggunakan
perkerasan lentur.
c. Pemisahan arah lalu-lintas 50 - 50 didapat dari table faktor penyesuaian
kapasitas untuk pemisah arah didapat nilai FCSP = 1, hambatan samping
tinggi, jumlah penduduk ukuran kota 1,0 – 3,0 juta penduduk.
2. Kondisi bahu
a. Lebar bahu pada Jalan Ngasem Yogyakarta adalah 2 meter dengan lebar
di sisi timur 1 meter dan di sisi barat 1 meter.
b. Kedua sisi bahu digunakan untuk parkir pembeli, penggunaan parkir pada
bahu ini paling banyak digunakan untuk parkir mobil pribadi, mobil
angkutan barang, kendaraan bermotor, dan kendaraan tak bermotor.
c. Beberapa titik trotoar digunakan sebagai tempat berjualan dan pembatas
jalan digunakan juga untuk berjualan

Kondisi jalur lalu lintas
Lebar jalur lalu lintas Jalan Ngasem Yogyakarta sebagai berikut.
a. Lebar jalur 6 meter dan jalannya merupakan tipe jalan dua arah.
b. Tipe perkerasan yang dipakai pada Jalan Ngasem, menggunakan
perkerasan lentur.
c. Pemisahan arah lalu-lintas 50 - 50 didapat dari table faktor penyesuaian
kapasitas untuk pemisah arah didapat nilai FCSP = 1, hambatan samping
tinggi, jumlah penduduk ukuran kota 1,0 – 3,0 juta penduduk.
2. Kondisi bahu
a. Lebar bahu pada Jalan Ngasem Yogyakarta adalah 2 meter dengan lebar
di sisi timur 1 meter dan di sisi barat 1 meter.
b. Kedua sisi bahu digunakan untuk parkir pembeli, penggunaan parkir pada
bahu ini paling banyak digunakan untuk parkir mobil pribadi, mobil
angkutan barang, kendaraan bermotor, dan kendaraan tak bermotor.
c. Beberapa titik trotoar digunakan sebagai tempat berjualan dan pembatas
jalan digunakan juga untuk berjualan.

Tugas 12 Rekayasa lalulintas

Tugas 12 Analisa data survey lalu lintas

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Untuk menganalisa lalulintas pada ruas jalan Jatiwaringin diperlukan data lalulintas pada lajur jalan tersebut. Dalam bab ini dibahas hasil dari penelitian mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian rata-rata (LHR), volume lalulintas harian rata-rata tahunan (LHR tahunan), kecepatan arus lalulintas, kerapatan, kapasitas jalan derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan jalan sehingga sesuai dengan kondisi jalan yang sedang dilakukan pelebaran. Dalam perhitungan volume lalulintas dipakai data primer dari hasil pengamatan lapangan dari data arus lalulintas dimana sebelum dipergunakan sebagai hitungan dalam analisis data terlebih dahulu dikonversikan kedalam satuan mobil penumpang. Dengan data data yang didapat dari hasil survei dilapangan kemudian dianalisa dengan metode acuan standar yaitu Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997).Adapun nilai koefisien untuk berbagai jenis kendaraan dapat dilihat dalam tabel 2.7. 4.2 Analisa Lalu Lintas 4.2.1 Analisa Volume Lalu Lintas Adapun persamaan yang digunakan dalam analisa volume lalu lintas adalah sebagai berikut : q = n / T (4.1) Dimana : IV-1
q = volume lalu lintas yang melewati suatu titik. n = jumlah kendaraan yang melewati titik tersebut dalam interval waktu T. T = interval waktu pengamatan. Hasil total analisa volume lalu lintas (arus kendaraan) sebelum dan sesudah dikalikan faktor ekivalensi mobil penumpang (emp) dalam satuan smp dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.4. Tabel 4.1 Hasil total analisa arus kendaraan pada lajur dua arah Hari : Senin, (16 April 2007) Waktu Arah: Pondok Gede - Batas DKI Arah: Batas DKI - Pondok Gede Kend smp Kend smp 7.00-7.15 239 124.25 519 248.45 7.15 7.30 237 131.25 466 216.85 7.30 7.45 286 159.25 447 206.25 7.45 8.00 242 125.95 397 199.75 8.00 8.15 224 125 411 207 8.15 8.30 204 109.5 375 189.2 8.30 8.45 207 118.15 441 212.25 8.45 9.00 177 101.25 368 177.5 Jumlah 1816 994.6 3424 1657.25 Sumber : data survei (data primer) IV-2
Tabel 4.2 Hasil total analisa arus kendaraan pada lajur dua arah Hari : Senin, (16 April 2007) Waktu Arah: Pondok Gede - Batas DKI Arah: Batas DKI Pondok Gede Kend smp Kend smp 12.00 12.15 217 128.5 196 117.45 12.15 12.30 205 109.75 168 94.15 12.30 12.45 188 107.75 144 87.75 12.45 13.00 191 121.45 205 126.25 13.00 13.15 198 109.5 193 115.4 13.15 13.30 181 121.75 180 111 13.30 13.45 261 148.5 216 134.45 13.45 14.00 178 117.65 173 103.25 Jumlah 1619 964.85 1475 889.7 Sumber : data survei (data primer) Tabel 4.3 Hasil total analisa arus kendaraan pada lajur dua arah Hari : Senin, (16 April 2007) Waktu Arah: Pondok Gede - Batas DKI Arah: Batas DKI Pondok Gede Kend smp Kend smp 17.00 17.15 418 194.9 224 123.15 17.15 17.30 371 186.7 177 132.15 17.30 17.45 377 169.25 192 111.75 17.45 18.00 393 202.9 211 130.95 18.00 18.15 399 197.45 198 122.25 18.15 18.30 373 197.5 224 125.95 18.30 18.45 371 182.75 238 135.25 18.45 19.00 382 189.7 231 125.25 Jumlah 3084 1521.15 1695 1006.7 Sumber : data survei (data primer) IV-3
Arus kendaraan pada ruas jalan Jatiwaringin terjadi pada jam puncak pagi hari yaitu pada lajur jalan dari arah Batas DKI Pondok Gede, maka contoh analisa perhitungan dilakukan dengan menggunakan data hasil pengamatan pada interval waktu pengamatan tersebut, dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI ) 1997. Kecepatan dan waktu tempuh pada jenis kendaraan sepeda motor diabaikan karena kecepatan dan waktu tempuh sepeda motor terlalu cepat. Contoh analisa arus kendaraan - Data diambil pada jam puncak pagi hari, dari arah Batas DKI Pondok Gede pada pukul 07.00 08.00 (durasi 1 jam). q = T n = ( 519 + 466 + 447 + 397 ) kend ( 15 + 15 + 15 + 15 ) menit = 1829 60 = 30.48 31 kend / menit 4.2.2 Analisa Kecepatan Kendaraan Analisa kecepatan kendaraan ini dilakukan pada lajur jalan dari arah Pondok Gede Batas DKI maupun sebaliknya pada pagi hari pukul 07.00 09.00, siang hari pukul 12.00 14.00 dan sore hari pada pukul 17.00 19.00. Dalam menghitung kecepatan kendaraan digunakan kecepatan setempat (spot speed) yaitu menghitung kecepatan pada jarak yang ditentukan yaitu 100 meter, IV-4
kemudian kecepatan dirata-rata dengan menggunakan rumus kecepatan rata-rata ruang (space mean speed). Contoh perhitungan kecepatan kendaraan pada lajur jalan diambil pada arah Batas DKI Pondok Gede, pada pukul 07.00 07.15, pada periode jam puncak volume lalu lintas yang terjadi. (data survei kecepatan yang digunakan dalam perhitungan adalah data kecepatan kendaraan pada urutan pertama ; tabel 4.26 pada lampiran) L V = t = 100 m 36.45 detik = 0.100 km 0.0101 jam = 9.90 km / jam Hasil perhitungan kecepatan selanjutnya dapat di lihat pada lampiran (tabel L 4.1 s/d tabel L 4. 6 ). Sedangkan contoh analisa kecepatan rata-rata ruang (Space Mean Speed) pada lajur ruas jalan Jatiwaringin diambil pada arah dan jam yang sama dengan perhitungan kecepatan diatas yaitu arah Batas DKI Pondok Gede pada pukul 07.00 07.15. Us = L. n n i 1 ti = 0.10 x 3 ( 0.0101 + 0.0079 + 0.0071 ) = 11.92 km / jam IV-5
Hasil perhitungan kecepatan rata-rata ruang (Space mean speed) dapat dilihat pada lampiran (tabel L 4. 1 s/d l 4. 6 ) 4.2.3 Analisa Kerapatan Kendaraan Perhitungan kerapatan kendaraan pada ruas jalan Jatiwaringin diambil pada arah yang sama dengan analisa kecepatan yaitu arah Batas DKI menuju Pondok Gede, pada pukul 07.00 09.00 dapat dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6. Tabel 4.5 Analisa kerapatan kendaraan pada lajur jalan Jatiwaringin Hari : Senin Tanggal : 16 April 2007 Arah : Batas DKI Pondok Gede Waktu Volume (V) SMS (US) K = V / US (smp / 15 menit) (km / 15 menit) (smp / km) 07.00 07.15 248.45 11.92 20.84 07.15 07.30 216.85 10.67 20.32 07.30 07.45 206.25 11.67 17.67 07.45 08.00 199.75 8.47 23.58 08.00 08.15 207 8.43 24.55 08.15 08.30 189.2 6.03 31.37 08.30 08.45 212.25 8.16 26.01 08.45 09.00 177.5 8.09 21.94 Contoh perhitungan kerapatan diambil dari data pengamatan selama durasi waktu 1 jam. Kerapatan (K) = 20.84 + 20.32 + 17.67 + 23.58 IV-6
= 82.41 smp / km. Jadi nilai kerapatan pada ruas jalan Jatiwaringin yaitu 82.41 smp/km. 4.3 Analisa Lalu Lintas Dengan Menggunakan Metode Acuan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) 4.3.1 Analisa Kapasitas / Volume Maksimum Jalan Nama ruas Kondisi jalan : Jalan Jatiwaringin : Aspal Tipe jalan : 4 / 2 UD ( empat lajur tanpa pemisah ) Jumlah lajur : 4 Lebar lajur : 3,5 m (lebar jalur lalu lintas total 14 m) Pemisah arus lalu lintas : 50-50 ( prosentase arus lalu lintas antara arah Pondok Gede Batas DKI dan sebaliknya adalah sama). Dalam perhitungan nilai kapasitas dengan metode acuan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) sebelumnya harus diketahui kapasitas dasar untuk jalan perkotaan, faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu IV-7
lintas, faktor penyesuaian pemisah arah, faktor penyesuaian hambatan samping serta faktor penyesuaian ukuran kota, setelah diketahui semuanya kemudian dicari nilai kapasitas jalan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : C = Co x FC W x FC SP x FC SF x FC CS 4.2 ) Dari data hasil survei lapangan didapat : - Kapasitas dasar jalan (Co) terdiri empat lajur, maka pada MKJI 1997 diambil data dari empat lajur tak terbagi, per lajurnya adalah sebesar Co = 1500 smp/jam (Tabel 2.11, Hal; II 41). - Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas efektif (We) per lajur = 3,50 m adalah FC W = 1,00 (Tabel 2.12, Hal; II 42). - Faktor penyesuaian untuk pemisah arah (FC SP ) pada ruas jalan terbagi dan jalan satu arah sebesar FC SP = 1,0. ( Tabel 2.13, Hal ; II 42). - Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (FC SF ) adalah sedang, dan dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FC SF untuk jalan empat lajur dengan jarak kereb-penghalang, untuk nilai Wk = 1,0 m didapat nilai FC SF = 0,96 (Tabel 2.14, Hal; II 43) - faktor penyesuaian untuk ukuran kota (FC Cs ) untuk wilayah kota madya Bekasi adalah sekitar 2.272.369 jiwa (Sensus penduduk tahun 2000, sumber BPS) dengan asumsi pertumbuhan penduduk 4.9 % per tahun, masuk dalam kategori ukuran kota antara 1,0 3,0 juta penduduk, didapat nilai FC CS = 1,00 (Tabel 2.15, Hal ; II 43). IV-8
Maka kapasitas jalan perlajur adalah : C = Co x FC W x FC SP x FC SF x FC CS = 1500 x 1,00 x 1,00 x 0,96 x 1,00 = 1440 smp / jam untuk kapasitas pada lajur jalan Jatiwaringin dengan empat lajur adalah C = C per lajur x jumlah lajur = 1440 smp / jam x 4 = 5760 smp / jam Dimana nilai kapasitas sama dengan volume maksimum ( C = Q max). Karena volume lalu lintas terbesar untuk satuan smp / jam, untuk lajur jalan Jatiwaringin terjadi pada pukul 07.00 08.00 dari arah batas DKI Pondok Gede yaitu sebesar = 248,45 + 216,85 + 206,25 + 199,75 = 871,30 smp/jam, maka nilai derajat kejenuhannya (DS) adalah : DS = V C = 871,30 smp / jam 5760 smp / jam = 0.152 4.3.2 Analisa Kecepatan Lalu lintas Sebelum mencari nilai V (kecepatan), maka dihitung terlebih dahulu nilai FV (kecepatan arus bebas), untuk perhitungan variabel diatas, variabel yang diperlukan dapat dilihat pada tabel 2.9 s/d tabel 2.13, dari tabel tabel tersebut didapat: IV-9
- Kecepatan arus bebas dasar utuk tipe jalan empat lajur tak terbagi untuk semua kendaraan adalah FVo = 51 (tabel 2.7, Hal; II 39). - Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas efektif per lajur (We) = 3,50 m, didapat nilai FV W = 0 (Tabel 2.8, Hal; II 39). - Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk hambatan samping sedang yaitu kereb penghalang dengan nilai Wg = 1,0 m, didapat nilai FFV SF = 0,96 (Tabel 2.9, Hal; II 40 - Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk ukuran kota (FFV CS ) untuk wilayah Jakarta Pusat adalah sekitar 1.832.425 jiwa (Sensus penduduk tahun 2000, sumber BPS), masuk dalam kategori ukuran kota antara 1,0 3,0 juta penduduk, didapat nilai FFV CS = 1,00 (Tabel 2.10, Hal; II -40). Dengan variabel data diatas lalu dimasukkan ke persamaan kecepatan arus bebas sebagai berikut: FV = (FVo + FV W ) x FFV SF x FFV CS.. 4.5) = (51 + 0) x 0,96 x 1,00 = 48.96 km / jam. Nilai kecepatan rata-rata kendaraan dapat diketahui melalui gambar 2.2 hal II-18, dengan perbandingan antara derajat kejenuhan (DS) = 0,163 dengan kecepatan arus bebas (FV) = 39.06 km/jam, kemudian didapat nilainya yaitu 47 km/jam. IV-10
4.3.3 Volume Lalu lintas Satuan lalulintas harian rata-rata (LHR) adalah kendaraan perhari. LHR( ADT) dengan: n Volume Lalulintas Harian i 1 n n = jumlah hari penelitian 1 n 365 hari6 Berdasarkan tabel L III. 1 2 untuk LHR Harian rata rata adalah sebagai berikut : - LHR harian rata rata untuk semua jenis kendaraan arah Batas DKI Pondok Gede adalah : 6520 kend / hari - LHR harian rata rata untuk semua jenis kendaraan arah Pondok Gede - Batas DKI adalah : 6674 kend / hari 4.3.4 Analisa Rambu-Rambu lalulintas Berdasarkan hasil survei pada ruas jalan Jatiwaringin Pondok Gede Bekasi diperoleh data dimana terdapat beberapa rambu dan marka yaitu : 1. Rambu peringatan dilarang parkir yang terletak didaerah kampus Universitas Assyafiah dan daerah pertokoan Matahari. Dengan adanya rambu peringatan dilarang parkir maka kapasitas dan kecepatan lalulintas pada daerah tersebut sepanjang 200 meter cenderung lebih stabil. IV-11
2. Marka penyebrangan yang terletak di daerah SD dan TK Assyafiah dimana akan terjadi kemacetan sesaat pada jam jam masuk dan pulang sekolah didaerah tersebut. 3. Rambu informasi penunjuk jalan didaerah persimpangan pada komplek Bumi Jatiwaringin. IV-12
IV

Tugas 11 rekayasa lalulintas

Tugas 11 pengolahan data

ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Tinjauan Umum
Analisa yang mendalam akan menentukan perencanaan yang matang dan
tepat. Dalam Perencanaan Akses Menuju Terminal Baru Bandara Internasional
Ahmad Yani Semarang ini, analisa dilakukan untuk mendapatkan parameter-
parameter yang dibutuhkan dalam tahap perencanaan nantinya. Data yang
diambil adalah data yang didapat dari institusi terkait, hasil pengamatan
langsung, wawancara, maupun dari literatur.
 Analisa dalam Perencanaan Akses Menuju Terminal Baru Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang ini adalah
•Analisa data lalu lintas
•Analisa data daya dukung tanah (DDT)
•Analisa data curah hujan
 Dari analisa-analisa tersebut diharapkan akan didapatkan parameter
untuk kebutuhan desain yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
4.2 Data Lalu Lintas
 Dalam penyelesaian tugas akhir ini, data lalu lintas yang dipergunakan
yaitu data LHR tahun 2002 s/d 2006. LHR Bandara Ahmad Yani Kota
Semarang dipengaruhi oleh LHR dari ruas jalan masuk Bandara eksisting.
 Ruas jalan tersebut dipergunakan untuk analisis selanjutnya. Hal ini
karena kendaraan yang tercatat dari ruas jalan ini merupakan lalu lintas
kendaraan yang menuju dan keluar dari Bandara Ahmad Yani Kota Semarang.
Baik jalan eksisting maupun jalan akses baru yang akan direncanakan,
merupakan ruas jalan yang melayani lalu lintas luar kota. Maka, LHR yang
mewakili jenis lalu lintas akses tersebut adalah dari ruas jalan tersebut. Data –
data yang dianalisa yaitu berupa :
1. Data Sekunder
2. Data Primer

Jumat, 12 Juli 2019

Tugas 9 Rekayasa Lalulintas

Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu lintas maka diperlukan untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai prasarana, lalu lintas yang bergerak diatasnya serta perilaku pengguna. Informasi tersebut dianalisis untuk memperoleh unjuk kerja lalu lintas, bila unjuk kerja berada dibawah standar pelayanan minimal, selanjutnya diusulkan perubahan geometrik atau pengaturan penggunaan ruang jalan.
Pada bab ini akan diuraikan jenis-jenis survai yang diperlukan, informasi yang dikumpulkan dalam survai, merumuskan formulir survai, tata cara melakukan survai, serta pengolahan dan penyajian hasil survai yang dilakukan dalam rangka memperbaiki unjuk kerja lalu lintas.

Survei inventarisasi prasarana jalanSunting


Merupakan survei untuk mengumpulkan data mengenai dimensi dan geometrik jalan, terdiri dari antara lain:
  • panjang ruas jalan;
  • lebar jalan;
  • jumlah lajur lalu lintas;
  • lebar bahu jalan;
  • lebar median;
  • lebar trotoar;
  • lebar drainase,
  • alinyemen horisontal;
  • alinyemen vertikal.
Bagian potongan melintang jalan ditunjukkan dalam gambar berikut:

Survei arus lalu lintasSunting

Untuk mendapatkan informasi besaran arus lalu lintas perlu dilakukan survei untuk mendapatkan data yang representatif mengenai besaran arus lalu lintas. Besaran arus lalu lintas dipengaruhi oleh waktu, musim (musim hujan atau musim kemarau ataupun musim hari-hari besar keagamaan), hari pelaksanaan survei(hari pasar), pusat kegiatan, perumahan ataupun pada daerah wisata dan berbagai faktor lainnya; jenis kendaraan yang berlalu lintas (klasifikasi kendaraan);

Informasi yang dikumpulkanSunting

Informasi yang dikumpulkan meliputi:
  • Arus pada ruas
  • Pergerakan dipersimpangan
  • Arus lalu lintas
  • Komposisi kendaraan
  • Volume jam puncak (VJP)
  • Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR)

Pengukur arus lalu lintas pneumatis

Metoda pelaksanaan surveiSunting

Ada dua metode yang biasanya digunakan untuk melakukan survey, yaitu
  1. Survei manual dengan menggunakan tenaga surveyor untuk menghitung arus lalu lintas yang melalui suatu potong jalan, survey ini membutuhkan biaya tenaga kerja yang besar, tapi dapat dilakukan dengan mudah. Permasalahan yang ditemukan dengan survai yang dilakukan secara manual adalah keakuratan dari hasil survai yang sangat tergantung kepada motivasi surveyor yang melakukan survai.
  2. Survei mekanis/elektronis, merupakan survai yang mempergunakan peralatan mekanis ataupun elektronis untuk mengukur jumlah kendaraan yang melewati suatu potong jalan ataupun kawasan di persimpangan. Peralatan survai yang digunakan berupa:
    1. Tabung pneumatik, merupakan perangkat mekanis pengukur arus lalu lintas dengan menempatkan suatu pipa pneumatik ditempatkan memotong jalan, pengukuran dilakukan bila roda kendaraan yang menginjak tabung yang kemudian direkam,
    2. Loop induksi, merupakan perangkat elektronis yang bekerja atas dasar induksi dari mesin mobil pada saat melewati loop. Loop ditanam dibawah permukaan jalan,
    3. Gelombang infra merah/ultra sonik, merupakan perangkat elektronis yang bekerja dengan memancarkan gelombang infra merah ataupun ultrasonik ke kendaraan yang lewat. Dengan metode ini selain besar arus juga dapat diklasifikasi serta kecepatan lalu lintas,
    4. Kamera video, yang digunakan dengan mengubah data menjadi terukur dalam prosesor. Dengan metode ini selain besar arus juga dapat diklasifikasi serta kecepatan lalu lintas

Survei manualSunting

Untuk mendapatkan gambaran besar arus lalu lintas dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kapasitas jalan, maka kendaraan di klasifikasikan menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
Klasifikasi/golonganJenis kendaraan
1Sepedamotor, scoter
2Sedan, jeep, station wagon
3Oplet, mikrolet
4Pick up, box
5aBus kecil
5bBus besar
6Mobil truk 2 sumbu
7aMobil truk 3 sumbu
7bMobil gandengan
7cMobil tempelan
8Kendaraan tidak bermotor
Waktu pelaksanaan survei arus tergantung kepada tujuan pelaksanaan survei, untuk mendapatkan arus lalu lintas harian maka survei dilakukan sepanjang hari, namun dapat dilakukan penyederhanaan dengan melakukan survei 16 jam, sebelum puncak pagi terjadi sampai dengan sesudah puncak sore, hasil kemudian dikonversikan untuk mendapatkan lalu lintas harian, untuk wilayah perkotaan biasanya survei dilakukan antara hari Selasa sampai dengan Kamis, sedangkan hari Jumat memiliki ciri tersendiri karena adanya kegiatan sholat Jumat, hari Sabtu sebagian perkantoran libur dan hari Minggu mempunyai ciri tersendiri yang sangat terpengaruh dengan kegiatan di kawasan yang dilakukan survei.

Survei dengan cameraSunting

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam melakukan survei adalah dengan menggunakan camera video yang di digitalisasi untuk kemudian bisa di peroleh informasi mengenai besarnya arus lalu lintas. Camera ditempatkan diatas jalan diarahkan kepada lalu lintas yang akan diukur besar arusnya[1]. Untuk mendeteksi arus lalu lintas dibentuk virtual loop, setiap kali loop dilewati kendaraan akan terdeteksi processor video yang kemudian dihitung sebagai sebuah kendaraan.

Penyajian data arus lalu lintasSunting


Contoh profil jam-an sepanjang hari (24 jam) di kawasan perkotaan
Data disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan data tersebut, seperti:
  • 15 menit ter padat,
  • Volume per jam,
  • jam puncak, merupakan saat terjadinya arus puncak dalam satu hari, biasanya di perkotaan terdapat dua puncak yaitu puncak pagi yaitu pada saat berangkat kerja/sekolah dan puncak sore pada saat pulang kerja,
  • volume harian, merupakan volume selama 24 jam,
  • volume rata-rata harian yang biasanya dihitung selama periode survei yang panjangnya 3 atau 4 hari yang kemudian di rata-ratakan
  • volume rata-rata harian dalam setahun,
  • Volume mingguan,
  • Volume bulanan.
Volume yang sifatnya detail, menitan, 15 menitan merupakan informasi yang diperlukan dalam penetapan waktu pada APILL, sedangkan volume harian rata-rata dalam setahun dibutuhkan dalam merencanakan jalan, sedangkan jam puncak digunakan untuk menentukan rasio volume per kapasitas.

Survei KecepatanSunting

Kecepatan ada besaran vektor yang menunjukkan seberapa cepat benda perpindahan. Besar dari vektor ini disebut dengan kelajuan dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s atau ms-1), atau kilometer perjam (km/jam)
Ada beberapa jenis kecepatan yang dikumpulkan dalam studi lalu lintas diantaranya: kecepatan sesaat, kecepatan perjalanan, kecepatan ruang waktu. Survei kecepatan biasanya digunakan untuk mengukur kecepatan lalu lintas yang menjadi indikator utam kinerja lalu lintas, tapi disamping itu digunakan untuk analisis potensi kecelakaan, dan digunakan juga untuk analisis kecelakaan.

Kecepatan sesaatSunting


Radar Microdigicam yang digunakan di Brazil
Salah satu indikator kinerja lalu lintas yang penting dalam rekayasa lalu lintas adalah kecepatan sesaat, oleh karena itu pengukuran kecepatan sesaat merupakan satu yang diukur. Kecepatan sesaat biasanya digunakan untuk analisis perilaku masyarakat dalam berlalu-lintas didaerah rawan kecelakaan, tetapi juga digunakan dalam perencanaan perilaku masyarakat dalam penggunaan persimpangan. Tetapi juga digunakan untuk melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran kecepatan, untuk itu biasanya digunakan radar speed gun ataupun perangkat yang lebih canggih lagi dengan menggunakan perangkat elektronik yang dilengkapi dengan camera.

Satuan kecepatanSunting

Rumus yang digunakan untuk mengukur kecepatan adalah:
{\displaystyle v={\frac {ds}{dt}}.}
Beberapa satuan kecepatan lainnya adalah:
  • meter per detik dengan simbol m/detik
  • kilometer per jam dengan simbol km/jam atau kph
  • mil per jam dengan simbol mil/jam atau mph

Metode pengukuran kecepatan sesaatSunting

Ada beberapa cara yang digunakan dalam pengukuran kecepatan sesaat, diantaranya:
  1. Secara manual dilakukan dengan mengukur waktu tempuh jarak tertentu yang dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan gambaran kecepatan rata-ratanya dan simpangan bakunya serta percentil ke 85 nya[2]. Semakin banyak contoh yang diambil semakin baik, biasanya digunakan sekurang-kurangnya 30 contoh. Permasalahan dalam pengukuran seperti ini adalah akurasi pengukuran. Dua pengamat ditempatkan terpisah pada jarak tertentu, misalnya 50 m mengapit simeteris titik pengamatan. Pengamat pertama memberi tanda kepada pengamat kedua untuk mengaktifkan stop watch saat kendaraan melewati pengamat pertama. Pengamat kedua mematikan stop watch saat kendaraan melewati pengamat kedua. Kecepatan dihitung dengan membagi jarak (50 m) dibagi waktu tempuh antara posisi pengamat pertama dan kedua dianggap sebagai kecepatan sesaat. Pengamat pertama atau kedua bisa digantikan cermin yang ditempatkan serong dengan sudut 45 derajat.
  2. Secara mekanis dilalukan dengan menggunakan perangkat mekanis seperti dua pipa pneumatik yang dipasang pada jarak tertentu kemudian jeda waktunya diukur antara kedua pipa dilewati oleh roda kendaraan,
  3. Secara elektronik yang dilakukan dengan menggunakan perangkat elektronik seperti speed radar gun ataupun dengan menggunakan ultrasonic ataupun infra merah.

Analisis data kecepatan sesaatSunting


Posisi persenti 50 (rata-rata) dan persentil 85
Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya di klasifikasi kan kedalam tabel distribusi deskriptif seperti berikut:
Rentang kecepatanTitik tengahFrekuensifrekuensi kumulatifPersentase kumulatifPersentil
≤ 2523110,6
26 - 3028342,3
31 - 35338126,8
36 - 4038203218,1
41 - 4543356737,950
46 - 50484711464,4persentil
51 - 55533314783,185
56 - 60581716492,7persentil
61 - 65638117297,2
66 - 7068417699,4
≥ 7073117710,0
Dari tabel diatas maka dapat di estimasi bahwa Kecepatan pada 50 persentil jatuh pada kecepatan antara 43 sampai 48 km/jam atau kalau dihitung dengan formula berikut :

Kecepatan perjalananSunting

Kecepatan perjalanan adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua simpul yang dihitung dari dengan menghitung dari jarak antara kedua simpul dibagi dengan waktu tempuh antara kedua simpul tersebut. Didalam perhitungan waktu tempuh tersebut sudah termasuk waktu tundaan/delay yang terjadi selama menempuh antara kedua simpul tersebut. Perhitungan kecepatan perjalanan merupakan informasi yang digunakan dalam perencanaan perjalanan, termasuk dalam membuat jadwal perjalanan angkutan umum. Oleh karena itu survei kecepatan merupakan perangkat yang diperlukan oleh para perencana dalam merencanakan sistem transportasi, khususnya dalam penyusunan jadwal angkutan umum.
Rumus yang digunakan dalam menghitung kecepatan perjalanan sama seperti pada perhitungan kecepatan sesaat hanya saja jarak dan waktu yang digunakan lebih jauh dan lebih lama, berikut ditunjukkan rumus yang digunakan untuk mengukur kecepatan:
{\displaystyle Kecepatanperjalanan={\frac {Jarak}{Waktu}}}
Metode yang digunakan dalam mengukur kecepatan perjalanan:

Kendaraan contohSunting

Dalam metode ini surveyor dengan menggunakan kendaraan berjalan dengan kecepatan yang sama dengan lalu lintas lainnya, dan diusahakan agar jumlah kendaraan yang menyalib dan disalib sama, untuk mendapatkan kecepatan rata-rata pada ruas yang di survei. Waktu dicatat pada formulir setiap simpul yang dilewati termasuk dimana hambatan dan penyebab hambatan. Contoh formulir bisa dilihat dalam tabel berikut ini.
Surveikendcontoh.jpg
Untuk mendapatkan nilai yang bisa diterima secara statistik maka data perlu dikumpulkan beberapa kali, angka yang biasanya digunakan adalah paling sedikit 6 (enam) sampel.

Pelacakan kendaraanSunting

Perangkat pelacakan kendaraan berbasis GPS kendaraan sekarang ini banyak dipasarkan, dan bisa digunakan untuk mengukur kecepatan perjalanan. Untuk mendapatkan gambaran kecepatan perjalanan di wilayah perkotaan dapat dilakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang menggunakan sistem pelacakan kendaraan seperti yang banyak digunakan pada perusahaan taksi kota. Data pelacakan kemudian diolah untuk mendapatkan berbagai informasi perjalanan, diantaranya kecepatan perjalanan, asal tujuan perjalanan, kecepatan sesaat, dan sebagainya.
Pelaksanaan survei dapat dilakukan dengan cara yang lebih mudah lagi, yaitu dengan menggunakan perangkat GPS yang biasa digunakan untuk navigasi kendaraan sehingga diperoleh data jarak tempuh, waktu perjalanan, kecepatan kendaraan, kecepatan tertinggi.

Contoh penerapan survey kecepatan perjalananSunting


Diagram ruang waktu
Menginventarisasi kinerja operasional pada jalan Pakubuono Jakarta Selatan yang diangkat dari Pembenahan Transportasi Jakarta[3] meliputi:
  • Membagi ruas Pakubuono kedalam bagian ruas jalan;
  • Mengukur kecepatan lalu lintas pada bagian ruas jalan;
  • Mengukur waktu tundaan di persimpangan;
  • Angka kecelakaan yang terjadi pada masing-masing bagian ruas/simpang dalam bentuk Black Spot Map yang dirinci lebih lanjut dari type kecelakaan yang terjadi (Apakah Depan dengan depan, depan dengan samping atau samping dengan samping), jenis kendaraan yang mengalami kecelakaan;
Dari seluruh informasi kinerja selanjutnya dibuat Diagram Ruang Waktu sebagaimana terlihat dalam gambar. Semakin curam kurvanya semakin rendah kecepatan perjalanan pada bagian ruas jalan tersebut, yang diakibatkan gangguan kelancaran. Sedang untuk data kecelakaan diolah secara tersendiri dengan melakukan analisis konflik yang terjadi.

Survey parkir

Survei asal tujuan

Survei berat dan dimensi k

tugas 9 etika profesi

KODE ETIK PROFESI INSINYUR Etik atau etika mempunyai pengertian sebagai baku perilaku yang diterima secara bersama sekelompok orang “peer” d...